• Jum. Mei 16th, 2025

SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SWADIRI INDONESIA

TANTANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN MENCETAK SAWAH SELUAS 150 RIBU HEKTAR DI DADAHUP KALIMANTAN TENGA

ByMTPM 01

Sep 23, 2024

Jakarta – SoksiMedia.Com

Masa pemerintahan Presiden Joko Widodo akan berakhir dan pengalihan kekuasaan akan berlangsung kepada Presiden terpilih Prabowo Subianto pada tanggal 20 Oktober 2024. Dalam masa transisi ini, Kementerian Pertanian telah membuat kebijakan dengan melakukan program mencetak sawah seluas 150 ribu hektar di Dadahup, Kapuas, Kalimantan Tengah.

Program cetak sawah adalah upaya pemerintah untuk merluasan lahan pertanian kususnya untuk lahan tanaman padi, tujuan mencetak sawah untuk mencapai swasembada pangan, untuk rencana jangka panjang menjadikan Indonesia menjadi salah satu negara lumbung pangan dunia.

Sepanjang tahun 2014 sampai 2018, Kementerian Pertanian telah mencetak sawah seluas 215.811 hektar, tapi jika dilihat beberapa tahun terakhir, luasan cetak sawah selalu menurun. Capain luas cetak sawah yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian bisa kita perhatikan tahun 2015, realisasi program cetak sawah seluas 20.070 hektar, kemudian tahun 2016 meningkat menjadi 129.096 hektar, tapi saat 2017, luasan cetak sawah turun menjadi 60.243 hektar dan tahun 2018 capaiannya hanya mencapai 6.402 hektare.

Data capain cetak sawah tersebut dari Direktur Jenderal Sarana dan Prasarana, Kementerian Pertanian, capaian cetak sawah tersebut menjelaskan bahwa pemerintah mengalami kesulitan untuk merealisasikan target cetak sawah.

*Apakah pemerintah akan berhasil mencetak sawah seluas 150 ribu hektar di Dadahup ?*

Cetak sawah dilakukan di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah. Program cetak sawah ini dulunya berasal dari wilayah bekas 1 juta hektar pengembangan lahan gambut, cetak sawah akan dilakukan di lahan yang sudah ada, lahan yang belum diolah dijadikan sawah, hasil panen padi yang sudah ada berkisar 2-4 ton per hektar sehingga bisa diperkirakan hasil panen cetak sawah baru ini tidak berbeda dengan hasil panen sawah yang sudah ada.

Untuk mencapai target cetak sawah agar berhasil seluas 150 ribu hektar dan bisa ditanami padi dengan hasil panen yang diharapkan tentu memiliki kendala dan kesulitan, adapun beberapa hal yang menjadi kendala dan kesulitannya yang akan dihadapi Kementerian Pertanian, adalah :

*Pertama,* adalah lahannya berasal dari lahan gambut, secara kelayakan sangat sulit untuk ditanami padi, butuh waktu tahunan bahkan puluhan tahun untuk menyuburkan tanahnya. Lahan sawah yang ada saat ini berasal dari proyek lahan gambut 1 juta hektar di era Presiden Soeharto yang sudah 29 tahun berlalu.

Lahan rawa merupakan lahan darat yang selalu tergenang air, sehingga perlu diatur draenasenya, genangan air bisa terjadi karena disebabkan oleh pasangnya air laut, genangan air hujan, atau luapan air sungai. Kendala genangan air inilah yang menjadi tantangan, bagaimana agar genangan air tersebut bisa dikendalikan agar lahannya kering. Kesulitan lainnya adalah masalah keasaman tanah, perlu dipilih varieras padi yang adaptif.

*Kedua,* adalah faktor alam dan lahan yang selalu tergenang, terbatasnya jalan yang akan dilalui, kususnya untuk alat berat dan excavator agar bisa masuk ke lahan yang akan dicetak menjadi sawah, faktor alam inilah yang membuat capaian target cetak sawah seluas 150 ribu hektar sangat sulit tercapai, faktor alam menjadi masalah utama, sehingga dalam perencanaannya ke depannya perlu sinergi dengan PUPR untuk membangun insfrastruktur terlebih dahulu.

*Ketiga,* adalah karena lahannya berasal dari lahan gambut sehingga membutuhkan tehnik budidaya yang spesifik dan varietas yang ditanam juga harus adaptif sehingga faktor SDM petani sangat dibutuhkan agar tanaman padi bisa tumbuh dan produktif. Pemerintah harus membangun SDM para petani yang ada, faktor ini juga akan menjadi kendala yang harus dihadapi oleh Kementerian Pertanian.

*Rekomendasi kepada pemerintah* adalah perlu membuat kebijakan yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama dengan program cetak sawah agar masalah pangan bisa diatasi. Kebijakan menanam padi gogo di lahan kering perlu dipertimbangkan dengan dasar pemikiran bahwa Indonesia memiliki varietas padi lokal, varietas yang sudah ditanam sejak dahulu sebagai sebuah kearifan lokal di beberapa wilayah di Indonesia.

Padi gogo tumbuh di lahan kering, kebutuhan airnya cukup dari air hujan saja, pemerintah perlu membuat kebijakan untuk membuka lahan kering, potensi lahan kering sangat luas di Indonesia, serahkan ke petani agar digarap, asalkan tanah yang sudah diberikan tidak bisa berpindah tangan dan dijual, serta masalah benih padi gogo adalah tanggung jawab pemerintah.

Jika lahan seluas 1 juta hektar digarap oleh petani, dengan asumsi panen bisa 2 kali per tahun, maka produksi beras bisa dihasilkan sekitar 3 sampai 5 ton beras, dengan produksi beras sebesar itu, maka kebutuhan impor beras sudah teratasi dalam waktu 2 tahun ke depan sehingga tujuan pemerintah untuk meraih surplus beras bisa tercapai bahkan Indonesia berpotensi sebagai salah satu negara pengekspor beras di dunia.

Penulis :
Tonny Saritua Purba
Ketua Bidang Tani dan Nelayan Depinas SOKSI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *