Jakarta | SoksimMedia.Com
Hasil survei Lembaga riset ekonomi dan kebijakan publik, Center of Economic and Law Studies (Celios) yang menempatkan Bahlil Lahadalia dalam daftar ‘menteri terburuk’ direspons kader muda Partai Golkar, Azis Narang.
Wasekjen SOKSI, organisasi pendiri Partai Golkar itu menyatakan hal itu menyebabkan reputasi baik personal hingga partai terguncang.
Sebab selain menjabat Menteri ESDM, tetapi juga Ketua Umum Partai Golkar, dimana jabatan ketum dalam tradisi Golkar bukan sekadar administratif.
“Melainkan simbol moral, wajah politik, dan proyeksi kredibilitas institusi partai di mata rakyat,” katanya kepada wartawan, di Jakarta pada Selasa 28 Oktober 2025 malam.
Penilaian yang merupakan “market signal” dari rakyat itu memicu munculnya pertanyaan publik yang tidak bisa dihindari, ketika Ketua Umum partai melorot ke titik citra terendah dalam kabinet, apakah Partai Golkar telah kehilangan standar meritokrasi?.
“Apakah itu berarti ideologi dan marwah partai ikut merosot? Apakah doktrin ‘karya kekaryaan’ dan ‘build the nation’ yang menjadi DNA Golkar sejak lahir tahun 1964 kini berubah menjadi ironi? Apakah kredibilitas politik Partai Golkat di hati rakyat telah tercederai?” ujar Azis.
Menurutnya, jika pertanyaan ini dibiarkan hidup di ruang publik tanpa respons strategis, maka efek elektoral Golkar, terutama menghadapi Pileg dan Pilkada serentak mendatang bukan lagi potensi, tapi ancaman.
“Karena itu, diam bukan pilihan netral bagi para kader, diam adalah risiko. Bukan hanya beban elektabilitas, tapi potensi delegitimasi moral jangka panjang,” kata dia.
Azis menilai, bagi kader-kader yang paham sejarah dan jatidiri Golkar, fakta ini pahit.
“Sebab Golkar lahir untuk membangun, bukan menjadi beban. Golkar lahir untuk memecahkan masalah, bukan membuat masalah-masalah yang justru memperlemah kepercayaan publik,” ujarnya.
(RED)
